MENERIMA HADIAH SETELAH MENOLONG
Pangkat dan kedudukan di tengah manusia – jika disyukuri – merupakan salah satu nikmat Allah ta’ala atas hambaNya. Di antara cara bersyukur atas nikamat ini adalah dengan menggunakan pangkat dan kedudukan tersebut buat mashlahat dan kepentingan umat. Ini merupakan realisasi dari sabda Rasulullah saw :
Dinukil dari kitab Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa karya As-Syeikh Muhammad bin Sholih Al- Munajjid.
Judul : Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa
Penerjemah : Ainul Haris Umar Thoyyib.
Muroja’ah : Abu Bakar Muhammad Altway
Muhammad Mu’inudinillah Basri
Muhammadun Abdul Hamid
Penerbit Pertama : Yayasan Al Sofwa.
Penerbit Kedua :Maktab Da’wah Al –Jaliyat , Robwa-Riyadh.
Tahun : Robi’ul Awwal-1423 H.
” من استطاع أن ينفع أخاه فليفعل “
“ Barangsiapa di antara kalian bisa memberi manfaat kepada saudaranya, hendaknya ia lakukan” (HR Muslim :4/1726).
Orang yang dengan pangkatnya bisa memberikan manfaat kepada saudaranya sesama muslim, baik dalam mencegah kezhaliman daripadanya atau mendatangkan manfaat untuknya – jika niatnya Ikhlas- tanpa diikuti perbuatan haram atau merugikan orang lain ia akan mendapat pahala di sisi Allah. Berdasarkan sabda Rasulullah saw :
” اشفعوا تؤجروا “
“Berilah pertolongan , niscaya kalian diberi pahala” ( HR Abu Dawud, 5132, Hadits ini terdapat dalam shahihain, Fathul Bari , 10/450, bab Ta’awanul mukminin Ba’dhuhum Ba’dha).
Tetapi ia tidak boleh mengambil upah dari pertolongn dan perantaraan yang ia berikan. Ini berdasrkan hadits marfu’ dari Abu Umamah:
” من شفع لأحد شفاعة، فأهدى له هدية ( عليها ) فقبلها (منه) فقد أتى بابا عظيما من أبواب الربا “
“Barangsiapa memberi pertolongan kepada seseorang, lalu ia diberi hadiah (atas pertolongan itu ) kemudian ( mau ) menerimanya, sungguh ia telah mendatangi pintu yang besar di antara pintu-pintu riba”( HR Imam Ahmad, 5/261, shahihul jami’ : 6292).
Sebagian orang menggunakan pangkat dan jabatannya untuk mengeruk keuntungan materi. Misalnya dengan mensyaratkan imbalan dalam pangangkatan kepegawaian seseorang, atau dalam memindahtugaskan pegawai dari satu daerah ke daerah lain, atau juga dalam mengobati pasien yang sakit, dan hal lain yang semacamnya.
Menurut pendapat yang kuat, imbalan yang diterimanya itu hukumnya haram. Berdasarkan hadits Abu Umamah sebagaimana telah disebut di muka. Bahkan secara umum hadits itu mencakup pula penerimaan imbalan yang tidak disyaratkan di muka ([1]).cukuplah orang yang berbuat baik itu mengharap imbalannya dari Allah kelak pada hari kiamat.
Suatu hari seorang laki-laki datang kepada Al Hasan bin Sahal meminta pertolongan dalam suatu keperluan, sehingga ditolongnya.
Laki-laki itu berterima kasih kepada Al Hasan. Tetapi Al Hasan bin Sahal berkata :” Atas dasar apa ungkau berterima kasih kepada kami ? Kami memandang bahwasanya pangkat wajib dizakati, sebagaimana harta wajib dizakati.” ([2]).
Perlu dicatat, ada perbedaan antara mengupah dan menyewa seseorang untuk melakukan tugas, mengawasi atau menyempurnakannya dengan menggunakan pangkat dan kedudukannya untuk tujuan materi. Yang pertama,jika memenuhi persyaratan syari’at diperbolehkan karena termasuk dalam bab sewa menyewa, sedang yang kedua hukumnya haram.
([1]) Diambil dari keterangan syaikh Abdul Aziz bin Baz secara lisan.
([2]) Al Adab Asy Syar’iyah oleh Ibnu Muflih : 2/176.
Judul : Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa
Penerjemah : Ainul Haris Umar Thoyyib.
Muroja’ah : Abu Bakar Muhammad Altway
Muhammad Mu’inudinillah Basri
Muhammadun Abdul Hamid
Penerbit Pertama : Yayasan Al Sofwa.
Penerbit Kedua :Maktab Da’wah Al –Jaliyat , Robwa-Riyadh.
Tahun : Robi’ul Awwal-1423 H.
0 Response to "MENERIMA HADIAH SETELAH MENOLONG"
Post a Comment